Rabu, 16 Juli 2008

Fenomena Pemilihan Walikota Palangkaraya

Saya tertegun melihat hasil Pemilihan Walikota Palangkaraya yang dimenangkan oleh pasangan nomor 4 yaitu Riban – Maryono, satu hal yang membuat saya salut bahwa sebenarnya pasangan ini jarang sekali melakukan kampanye besar besaran di media elektronik.

Berbeda dengan pasangan lainnya yang hampir setiap hari memenuhi space setiap surat kabar sehingga tidak ada lagi tempat bagi informasi/berita untuk disampaikan, setiap tingkah polah bak artis ibukota. Melakukan kunjungan-kunjungan yang biasanya dan untuk ke depan nya mungkin tidak akan dilakukan lagi, action disetiap moment dengan foto close up memandang ke kamera bukannya kepada orang yang disantuni sambil memberikan sumbangan seakan ingin mengatakan “Ini lo saya sedang memberikan sumbangan”



Mungkin karena itulah akhirnya para calon lain justru tidak mendapat simpatik dari masyarakat, masyarakat telah muak melihat poster besar di pinggir-pinggir jalan, di televisi, diradio dan disetiap peluang untuk menampilkan wajah mereka.

Belum lagi masyarakat yang mencari informasi untuk mengetahui calon pimpinannya disodorkan dengan title serta jabatannya masing-masing, “Si A adalah Ketua ini lho..”, “Si B Kepala ini lho..!”, “Si C Mantan Kepala dan Ketua ini lho..!” masyarakat semakin bosan.

Selama mereka menjabat saja tidak terlihat kemajuan yang berarti atau bahkan mungkin justru kemunduran yang terlihat, kalau kita mengambil bahasa iklannya minuman ringan yang kita pelesetkan “Siapapun Kepalanya, Minumnya Tetap Air Putih Saja!”

Dan pada hari “H” nya dimana pada saat masyarakat disodorkan pada gambar kelima pasangan serta sebuah paku untuk mencoblos didalam bilik yang telah disediakan, masyarakat justru memilih orang yang asing bagi mereka.

Inilah fenomena yang sedang marak akhir-akhir ini buka saja dalam pemilihan walikota palangkaraya, begitu juga dalam pilkada di daerah Sumatra misalnya.

Satu fenomena lain yang terjadi di Indonesia adalah masyarakat lebih memilih calon yang masih dibilang berusia muda, ini karena masyarakat bosan dengan calon-calon yang telah “berusia” yang menurut mereka lebih baik para calon tersebut memikirkan akhirat saja ketimbangan memikirkan duniawi ini.

Walaupun banyak sekali anggota masyarakat Palangkaraya yang memilih Abstain (Golongan Putih), dan juga banyak warga yang tidak mempunyai / kehilangan hak suara akan tetapi masyarakat tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Dan bagi para calon yang telah kalah tolong berlapang dada dan bersikap kesatria jangan mencari cara untuk menggagalkan kemenangan orang lain, dan memang kita ketahui Tidak Ada seorang politikus kita yang memang menjunjung demokrasi dan kecintaan akan Tanah Air Indonesia.


0 komentar: